Ledakan Tren Workation di Indonesia 2025: Saat Liburan dan Kerja Menyatu

workation

Ledakan Tren Workation di Indonesia 2025: Saat Liburan dan Kerja Menyatu

Di tahun 2025, Indonesia mengalami fenomena baru dalam industri pariwisata dan gaya kerja: workation — bekerja dari destinasi wisata. Konsep ini menggabungkan kerja jarak jauh (remote work) dengan liburan, memungkinkan seseorang tetap produktif sambil menikmati suasana pantai, gunung, atau desa budaya.

Sejak pandemi COVID-19, cara pandang terhadap kerja berubah drastis. Banyak perusahaan menyadari karyawan tetap bisa produktif tanpa harus duduk di kantor. Sementara itu, karyawan yang jenuh rutinitas kantor merasa lebih segar saat bekerja dari tempat yang menyenangkan.

Artikel ini membahas secara mendalam ledakan tren workation di Indonesia tahun 2025, dari akar kemunculannya, destinasi favorit, perubahan perilaku kerja, dampaknya pada ekonomi pariwisata, hingga tantangan regulasi dan infrastruktur yang muncul.


Latar Belakang Munculnya Tren Workation

Ada beberapa faktor utama yang memicu tren ini:

1. Perubahan budaya kerja pasca pandemi
Banyak perusahaan mengadopsi sistem hybrid atau full remote, memungkinkan karyawan bekerja dari mana saja. Mereka tidak lagi terikat ruang kantor.

2. Kebutuhan menjaga kesehatan mental
Generasi muda mulai memprioritaskan keseimbangan hidup (work-life balance). Workation memberi kesempatan menyegarkan diri tanpa harus cuti panjang.

3. Teknologi digital yang mendukung
Internet cepat, laptop ringan, software kolaborasi online (Zoom, Slack, Notion) membuat kerja jarak jauh praktis dilakukan di mana saja.

4. Industri pariwisata butuh model baru
Setelah terpukul pandemi, banyak hotel, vila, dan destinasi wisata mencari cara menarik wisatawan jangka panjang, bukan hanya tamu akhir pekan.

5. Promosi besar-besaran lewat media sosial
Influencer travel dan pekerja remote membagikan pengalaman workation mereka di Bali, Lombok, Yogyakarta, hingga Flores, memicu tren viral.

Gabungan faktor ini menciptakan ekosistem workation yang tumbuh pesat sepanjang 2024–2025.


Siapa yang Menjalani Workation?

Tren ini paling banyak digemari oleh:

  • Profesional muda (22–40 tahun) di bidang digital, marketing, desain, teknologi, dan startup

  • Freelancer dan digital entrepreneur yang tidak terikat kantor

  • Pegawai hybrid corporate yang hanya masuk kantor beberapa hari sebulan

  • Pengusaha kreatif yang butuh inspirasi dan suasana baru untuk memunculkan ide

Mereka bukan wisatawan biasa. Workationers tinggal 1–3 bulan, membayar penginapan jangka panjang, dan membelanjakan uang rutin untuk makan, coworking space, wellness, dan hiburan lokal.


Destinasi Favorit Workation di Indonesia

Beberapa daerah wisata Indonesia menjadi pusat workation pada 2025:

1. Bali (Canggu, Ubud, Seminyak)
Pusat workation Asia Tenggara. Fasilitas coworking lengkap, komunitas internasional besar, internet cepat, dan gaya hidup sehat jadi daya tarik utamanya.

2. Lombok (Kuta Mandalika, Senggigi)
Alternatif Bali yang lebih tenang. Banyak vila privat, coworking boutique, dan pantai indah. Cocok untuk workation jangka panjang.

3. Yogyakarta
Kota budaya dengan biaya hidup rendah. Banyak kafe coworking, suasana tenang, dan komunitas kreatif aktif. Diminati pekerja remote lokal.

4. Bandung dan Lembang
Iklim sejuk, internet kencang, dan banyak penginapan estetik. Banyak perusahaan startup memindahkan tim kecil ke Bandung untuk workation produktif.

5. Labuan Bajo (Flores)
Destinasi eksklusif untuk workation kelas atas. Banyak eco-resort menyediakan ruang kerja privat dan aktivitas petualangan laut di akhir pekan.

6. Malang dan Batu
Biaya hidup murah, udara sejuk, dan komunitas teknologi berkembang menjadikan Malang pusat workation pekerja remote lokal.

Destinasi ini kini bersaing menyediakan paket workation lengkap: penginapan + coworking + layanan laundry + sewa motor + gym + aktivitas akhir pekan.


Perubahan Perilaku Kerja Generasi Muda

Workation menciptakan pola kerja baru yang memadukan produktivitas dan rekreasi:

  • Bekerja 4–6 jam dari vila atau coworking space, lalu bersantai di pantai/gunung

  • Mengatur jadwal kerja fleksibel mengikuti zona waktu klien internasional

  • Memprioritaskan kesehatan mental (tidur cukup, yoga, makanan sehat)

  • Menjadikan lingkungan baru sebagai sumber inspirasi ide kreatif

  • Bekerja dalam tim kecil lintas kota sambil berpindah-pindah tempat

Banyak perusahaan mulai mendukung workation karena terbukti meningkatkan motivasi, kreativitas, dan retensi karyawan.


Dampak Ekonomi Workation bagi Daerah Wisata

Tren ini membawa dampak ekonomi sangat besar:

1. Lonjakan okupansi jangka panjang
Hotel, vila, dan apartemen kini penuh bukan hanya di akhir pekan tapi sepanjang bulan karena disewa mingguan/bulanan.

2. Pertumbuhan bisnis lokal penunjang
Kafe, coworking space, gym, laundry, salon, layanan pijat, rental motor, dan logistik tumbuh pesat di destinasi workation.

3. Meningkatkan pendapatan daerah
Pajak hotel/restoran dan retribusi pariwisata naik signifikan karena durasi tinggal lebih lama.

4. Lapangan kerja baru bagi anak muda lokal
Banyak warga lokal bekerja sebagai manajer vila, barista, resepsionis coworking, guru yoga, hingga asisten virtual untuk tamu workation.

5. Transfer pengetahuan
Komunitas workation sering mengadakan workshop dan kelas gratis untuk warga lokal, meningkatkan literasi digital dan kemampuan bahasa Inggris.

Workation menciptakan ekosistem pariwisata lebih stabil dan berkelanjutan dibanding wisatawan musiman biasa.


Perubahan Wajah Kota Wisata

Ledakan workation mengubah wajah sosial dan fisik destinasi:

  • Banyak vila dan hotel menambah ruang kerja privat, meja ergonomis, dan internet super cepat

  • Muncul zona coworking cluster di kawasan wisata

  • Harga sewa naik tajam di daerah favorit seperti Canggu, Mandalika, dan Ubud

  • Pola konsumsi bergeser dari hiburan malam ke aktivitas wellness dan produktivitas

  • Banyak warga lokal mempelajari bahasa Inggris dan keterampilan digital agar bisa bersaing

Beberapa kota kecil bahkan menjadikan workation sebagai strategi pengembangan ekonomi daerah jangka panjang.


Tantangan yang Harus Diatasi

Meski membawa banyak manfaat, tren ini juga menimbulkan tantangan:

1. Gentrifikasi dan kenaikan biaya hidup lokal
Harga properti dan makanan naik, membuat warga lokal sulit bersaing dengan pekerja bergaji tinggi dari luar negeri.

2. Tekanan pada infrastruktur
Lonjakan penghuni jangka panjang membebani air bersih, listrik, sampah, dan internet. Banyak destinasi kecil belum siap.

3. Regulasi visa yang belum jelas
Banyak workationers asing memakai visa turis dan bekerja online tanpa membayar pajak penghasilan.

4. Kesenjangan sosial dan segregasi budaya
Komunitas workation kadang tertutup dan kurang berbaur dengan masyarakat lokal, memicu jarak sosial.

5. Potensi penurunan produktivitas
Beberapa perusahaan khawatir workation membuat fokus kerja menurun karena suasana terlalu santai.

Tantangan ini menuntut regulasi, edukasi, dan tata kelola destinasi yang matang.


Langkah Pemerintah dan Pelaku Industri

Pemerintah dan industri mulai merancang strategi khusus untuk mengelola workation:

  • Rencana penerbitan Workation Visa berdurasi 6–12 bulan dengan kewajiban membayar pajak penghasilan.

  • Pengembangan Digital Nomad & Workation Village di Bali, Mandalika, Yogyakarta, dan Labuan Bajo.

  • Pelatihan literasi digital dan hospitality bagi SDM lokal agar bisa bekerja di ekosistem workation.

  • Insentif pajak bagi hotel dan coworking yang menyediakan fasilitas kerja profesional.

  • Standarisasi infrastruktur (internet, listrik, sanitasi) untuk akomodasi jangka panjang.

  • Kampanye Work From Indonesia untuk menarik perusahaan global membawa tim mereka bekerja dari Indonesia.

Langkah ini diharapkan membuat workation menjadi sumber devisa baru sekaligus meningkatkan daya saing pariwisata Indonesia secara global.


Masa Depan Workation di Indonesia

Melihat tren saat ini, workation kemungkinan akan menjadi bagian permanen industri pariwisata Indonesia.

Proyeksi 5–10 tahun ke depan:

  • 1 juta pekerja remote asing dan lokal melakukan workation setiap tahun

  • Bali, Lombok, dan Yogyakarta menjadi pusat workation Asia Tenggara

  • Banyak perusahaan global membuka kantor satelit di destinasi wisata Indonesia

  • Kota kecil (Flores, Toba, Banyuwangi) tumbuh sebagai pusat ekonomi baru berbasis workation

  • Workation menjadi strategi utama pemulihan pariwisata pasca pandemi

Indonesia punya keunggulan kombinasi: biaya hidup rendah, alam menakjubkan, budaya kaya, dan komunitas kreatif aktif — modal besar untuk jadi surga workation dunia.


Kesimpulan

Workation Mengubah Wajah Pariwisata Indonesia
Tren ini membawa wisatawan jangka panjang yang membelanjakan uang rutin, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong modernisasi destinasi wisata.

Tapi Harus Dikelola Agar Tidak Merugikan Warga Lokal
Tanpa regulasi, workation bisa memicu gentrifikasi, ketimpangan sosial, dan tekanan lingkungan. Pemerintah, industri, dan komunitas harus bersinergi agar tren ini berkelanjutan.


Referensi